Saturday, December 30, 2006

SORE HARI...





Mumpung lagi gak ujan, Kyra mo maen di luar dulu ahh...


Friday, December 22, 2006

Happy Mother's Day..

Aku menulis ini ketika malam telah beranjak mencuri bintang, mencuri waktu..dengan mendungnya yang menggumpal..

ketika aku merasa dan sadar telah menjadi seorang ibu, dari malaikat kecil titipan Ilahi yang sungguh luar biasa..

Tak pernah terlukis kisah seorang ibu yang tanpa lelah, tanpa putus asa dan tanpa sesal melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih..tak pernah seorangpun bisa melukisnya dengan tepat karena pengorbanan seorang ibu terlalu indah untuk diwujudkan dengan sekedar coretan tak berarti..

hanya bisa terucap dengan segenap jiwa.."aku berterima kasih kepada-nya"..kepada ibu ku, kepada ibu-nya, kepada ibu mereka, kepada seluruh ibu di dunia..

Yang telah membuat kehidupan menjadi nyata..yang telah menunjukkan arti kasih sebenarnya..yang tak pernah berpikir tentang perih, pedih, luka yang dirasa karena kasih mereka yang begitu tulus mencinta..

SELAMAT HARI IBU...

Wednesday, December 20, 2006

Kyra di 14 bulan...
  • Punya gigi 7. Empat di atas, tiga di bawah...
  • Rambut masih sak cuprit..tapi lumayan dah mula pertumbuhan krn diminyaki terus tiap hari
  • Dah tambah banyak kosakata..masih satu-satu ngomongnya, blm bisa ngerangkai..n tambah cerewet aja
  • Sangat suka sekali ama bubur ayam
  • Gak pernah lepas dari boneka 'adik'nya
  • Dah bisa bilang.."ik ik"..kalo mo pipis ato pup..karena blm bisa huruf p dan s..so yang diambil cuma huruf i nya aja..hehe
  • Seneng sekali diajak muter2 n jalan2
  • Maen air n berantakin mainan tiap hari...hobby kayaknya..
  • "Tambah cantik dan lucu aja kamu nduk"..hehe..kalo ini kata ibunya

Thursday, December 14, 2006

Adiiikkk...

stttt...bukan bukan..Kyra bukannya mau minta adik lho, hehe..tapi emang Kyra sering banget manggil-manggil adik!!! adik!!! kalo di rumah

ama ini nih boneka yang dia gendong, dipeluk2..kalo tidur sekarang juga harus sama "adik"nya yang ini..dicium2 terus ama dia, ibu-nya aja ngiri nih..

kalo disuruh cium ibu Kyra-nya suka nge-les..tapi kalo disuruh "cium adik"..langsung deh mulutnya monyong ke boneka ini..

Tapi lucu juga yah gaya-nya..
Pose dulu ama bapak ibu yahh.. KYra-nya abis bangun tidur dah diajak jalan nih.


Lagi merengung sambil nunjukin rambut yang dah mulai numbuh, ibu senyum2 ndiri ngeliatnya, kyk si kuncung nih Kyra..hehe..



Monday, December 11, 2006

KAcamata n DastER

Biar kegedean yang penting gaya euyyy...



Dasterku MADE in CHINA lho..hehe..

Kyra tambah gede tambah banyak gaya-nya nih..


Fantasy IslanD


Liburan hari Sabtu kemarin Kyra, Ibu, mbak2 (yani & yuni) sempet jalan2 ke Fantasy Island..minus Bapak (abis bapak masih di kantor sih..)

Kita naik kesana boncengan berempat, Kyra-nya nyempil di tengah. Gak akan ditangkep polisi deh, soalnya tempatnya masih satu kompleks ama rumah..hehe..

Dulu Kyra juga pernah maen kesana ama meera, mommy-nya n tante Wien..tapi kita gak sempet masuk2 ke dalem..soalnya Kyra dah keburu nangis mulu minta pulang



Di Fantasy Island Kyra naik perahu naga..perahu ini muterin danau di sepanjang Fantasy Island. trus di sepanjang danau tuh banyak bangaunya, Kyra takjub bgt liat bangau2 berkeliaran..

Kyra juga naik kuda2an, bom bom car, kereta bawah tanah, kereta gantung (pas naik ini ibu deg2an bgt, soalnya relnya cuman satu, nangkring di atas)..trus Kyra sempet juga foto ama si dino saurus..



sayangnya foto2nya agak gelap nih, soalnya cuaca gak mendukung alias mendung banget...

Pulangnya Kyra kena gerimis deh, tapi KYra senenggg banget. begitu nyampe rumah langsung cerewet, Apa gak capek yah?? padahal yang tua2 dah teler semua..hue he he..


Wednesday, December 06, 2006

CurhaT mak-nya Kyra

1 bulan ini aku capeekkkk banget , berkutat dengan hari2 yang melelahkan..palagi 3 hari ini, kerja dari pagi buta mpe malem buta..jam 6 pagi harus dah nyampe kantor n pulangnya baru bisa jam 10 malem...bener2 kerja rodi kalo ini mahh..

sebenernya sie kerja di dept.ku enak banget..teman2 asyik, suasana di ruangan mendukung, santai tapi serius, n kerjaan juga gak bikin mumet..sampe2 tawaran pindah bagianpun kutolak dengan manis-nya..hehe..palagi pindah kerja ya..nggak lah..

tapi kalo pas kena piket kayak gini muncul juga sebelnya, karena harus giliran jadi buat temen2 yang laen..artinya 1 bulan penuh harus ekstra tenaga n pikiran..

but inilah resiko kerja, harus dinikmati dan ditrima to...

satu2nya yg bikin aku sedih adalah GAK BISA KETEMU KYRA..3 hari ini cuma bisa ngesun n ngelus2 kyra aja pas malem..gak bisa liat senyum-nya yang wuiihhh...paling cuma 5 menit aja. itupun kalo pagi2 mau berangkat kyra terbangun karena keberisikan ibu-nya yg lagi dandan..hehe..

mau nyerahin Kyra 100% ama mbaknya juga gak bisa kan..alhasil telpon berdering2 terus..nanyain Kyra dah maem blom? Kyra dah mandi belom? Kyra nakal nggak? Dah bobok? Vitaminnya dah diminum? etc..etc..

tapi sekali lagi inilah resiko buat mak-mak yang kerja kyk diriku ini...kadang ngiri banget nih ama ibu2 yang bisa setia setiap saat bersama bidadari2 mungilnya..hikksss nangis deh gw.
Maafin ibu ya sayankk..

Monday, December 04, 2006

PINDAHAAAAANNNN

  • Berhubung kasian liat template Kyra yang "biasa-biasa" aja mak-nya jadi gak tahan buat ngedandani..

  • Berhubung di blogdrive susah untuk utak atik template akhirnya pilihan jatuh lagi ke "blogger"..emang Te O Pe dehhh si blogger..

  • Berhubung Kyra nanti bakalan tambah gede dan suatu saat dia pasti liat hasil karya mak-nya..Rumah Kyra harus bagooos donk..

  • Berhubung..berhubung..dan berhubung...akhirnya Kyra jadi deh PINDAH RUMAH...Mohon diganti yahh link-nya..makasihhh....

Lagi ngubek2 e-mail, nemu postingan lama dari seorang teman..tapi bagus banget critanya..

"Bunda, mandikan aku..sekali ini saja.."

Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. "Why not the best," katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika. Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.

Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang "selevel"; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

K
etika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya saya pernah bertanya, "Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? " Dengan sigap Rani menjawab, "Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!" Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak. "Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini "memahami" orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya "malaikat kecilku". Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. "Alif ingin Bunda mandikan," ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku!" kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga. Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. "Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency." Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah SWT sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya. Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya.

Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri. Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. "Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif," ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis. Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, "Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?" Saya diam saja. Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. "Ini konsekuensi sebuah pilihan," lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.

Tiba-tiba Rani berlutut. "Aku ibunyaaa!" serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. "Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif.." Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya,ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.


Note: Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong. Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang amat sangat. Sering kali orang sibuk 'di luaran', asik dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang2 di dekatnya yang disayanginya.

Akan masih ada waktu 'nanti' buat mereka jadi abaikan saja dulu.

Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada. Pelajaran yang sangat menyedihkan.

Semoga masih banyak waktu untuk kita menyayangi orang-orang yang kita cintai..